Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Mengenali Unsur Intrinsik
Bahasa Indonesia · Mengenali Unsur Intrinsik
Suratno

24/08/2021 11:54:18

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

121

Perkembangan Pendidikan

2. Jelaskan perbedaan penggunaan kata-kata berikut!

a. bukan dan tidak

b . kritis dan krisis

c. perlombaan dan pertandingan

d. sesuatu dan suatu

3. Berilah contoh penggunaan kata-kata pada nomor (2) dalam kalimat!

4. Jelaskan perbedaan penggunaan kata-kata

antar

dan

antara

. Berilah contoh

penggunaannya dalam kalimat!

5. Carilah sebuah wacana atau bacaan. Temukan penggunaan kata seseorang,

seorang, berapa, beberapa, kritis, krisis, dan kata-kata bersaing lainnya!

C.

Mengenali Unsur Intrinsik dalam Karya Sastra

Melayu Klasik

15.1.

Membaca (Sastra)

Tujuan Pembelajaran:

Kamu akan mampu mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu

klasik.

Karya sastra Melayu Klasik adalah hasil dari budaya sastra lama dan masyarakat

lama yang berkembang di Melayu. Karya sastra Melayu, memiliki unsur intrinsik

yang tidak jauh beda dengan unsur karya sastra modern. Unsur-unsur tersebut

antara lain tema, amanat, latar/

setting

, penokohan, sudut pandang, dan nilai-nilai

kehidupan.

Karya sastra Melayu juga memiliki karakteristik yang mirip dengan karya

sastra lama. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Bersifat khayal atau pralogis.

Cerita dalam dongeng umumnya bersifat khayal yang sulit diterima oleh akal

sehat/dinalar.

2. Istana sentris

Dalam dongeng biasanya menceritakan tentang kehidupan di sekitar istana.

Cerita yang diangkat adalah seputar kehidupan raja, permaisuri, pangeran,

putri, dan lingkungan di sekitar istana.

3. Bersifat statis

Cerita yang ditampilkan tidak ada variasi, dari awal cerita menuju ke akhir

cerita yang dikisahkan hanya monoton. Bahkan hampir sama dengan cerita

dengan tokoh versi yang lain.

122

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

4. Bahasanya klise

Bahasa dalam dongeng biasanya dimulai dengan kata:

pada

,

suatu hari

,

syahdan

,

laksana

,

bak

,

titah

,

hatta,

dan sebaginya.

5. Mengandung unsur pelajaran dan budi pekerti.

6. Berkembang secara lisan dan turun temurun.

7. Dipengaruhi oleh budaya Islam (Arab) dan Hindu.

Salah satu bentuk sastra Melayu klasik adalah

hikayat

. Hikayat

adalah salah

satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang

kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun

kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat

tokoh utama.

Hikayat merupakan salah satu jenis sastra Melayu yang sangat terkenal. Bahkan

hikayat dapat menunjukkan puncak dari keindahan dan keagungan.

Bacalah hikayat berikut ini dengan saksama!

Si Panjang dan Si Bungkuk (Hikayat Masyhudulhak)

Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhak pun besarlah. Kala kian maka

bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari ada dua

orang laki-istri berjalan. Sampailah ia pada suatu sungai. Maka dicarinya perahu

untuk menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka dinantinya kalau-kalau ada

orang lalu berperahu. Itu pun tidak juga ada lalu perahu orang maka ia pun

berhentilah di tebing sungai dengan istrinya. Istri orang itu terlalu baik parasnya.

Sebaliknya suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka

pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku

hendak menyeberang sungai ini?”

123

Perkembangan Pendidikan

Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sungai itu. Maka kata

orang tua itu, “Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini,

karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam

dangkalnya.” Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan

dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu sukalah, dan

berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!”

Maka Bedawi itu pun turunlah ke dalam sungai merendahkan dirinya hingga

lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka

kata orang tua itu, “Tuan hamba seberangkan apalah kedua ini. Maka, kata Bedawi

itu, “Sebagaimana hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan

seorang juga dahulu maka boleh karena air ini dalam.”

Maka kata orang tua itu kepada istrinya, “Pergilah diri dahulu.” Setelah itu

maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi. Kata

orang Bedawi itu,”Berilah barang-barang bekal tuan hamba dahulu, hamba

seberangkan.” Maka diberi oleh perempuan itu segala bekalnya. Maka dibawanya

perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi. Syahdan maka pura-pura

diperdalamnya air itu supaya dikata oleh si bungkuk air itu dalam. Maka sampailah

kepada pertengahan sungai, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, “Akan

tuan itu terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa tuan hamba berlakikan

orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu,

agar tuan hamba ambil, hamba jadikan istri hamba.”

Maka kata perempuan itu kepadanya, “Baiklah hamba turutlah kata tuan

hamba itu.”

Maka sampailah ia keduanya ke seberang sungai. Maka mandilah, setelah

sudah maka makanlah keduanya dengan segala perbekalan itu. Segala kelakuan

semuanya dilihat oleh si Bungkuk segala kelakuan perempuan itu dengan Bedawi.

Maka heranlah orang tua itu dan berkata dalam hatinya, “Daripada hidup

melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.”

Maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia karena sungai itu

airnya tidak dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi

itu. Sampailah ia ke dua dusun tempat Masyhudulhak. Maka orang tua itu

mengadu kepada Masyhudulhak. Maka disuruh oleh Masyhudulhak panggil

Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata

Masyhudulhak, “Istri siapa perempuan ini?”

Maka kata Bedawi itu,”Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba

pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba.”

Maka kata orang tua itu,”Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.”

Dengan demikian, jadi bergaduhlah mereka itu. Dan gemparlah. Maka orang

pun berhimpun datang melihat mereka itu ketiganya. Maka bertanya

Masyhudulhak kepada perempuan itu, “ Berkata benarlah engkau, siapa suamimu

antara dua orang laki-laki ini?”

Maka kata perempuan celaka itu, “Si panjang inilah suami hamba.”Maka

pikirlah Masyhudulhak, “Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya

ketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.”

124

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya dan diperiksa oleh

Masyhudulhak. Maka kata perempuan itu, “ Si panjang itulah suami hamba.”

Maka kata Masyhudulhak, “Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-

laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?”

Maka tidak terjawab oleh perempuan itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhak

perjauhkan. Setelah itu dibawa pula Si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhak,

“Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan perempuan itu istrimu?”

Maka kata Bedawi itu, “Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba: lagi

pula perempuan itu sendiri sudah berikrar mengatakan hamba ini tentulah

suaminya.”

Maka Masyhudulhak pun tertawa seraya berkata, “Jika sungguh istrimu

perempuan ini siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan

di mana kampung tempat ia duduk?”

Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhak

jauhkan laki-laki Bedawi itu. Maka dipanggilnya orang tua itu. Maka kata

Masyhudulhakk, “Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-

benarnya?”

Maka kata orang tua itu, “Daripada mula awalnya.” Kemudian dikatakannya

siapa mentuanya laki-laki, dan perempuan serta di mana tempat duduknya.

Maka Masyhudulhak dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan

salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh

Masyhudulhak akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya.

Demikian perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhak akan Bedawi

itu serta perempuan celaka itu seratus kali kemudian disuruhnya taubat, jangan

lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.

Maka bertambah-tambah masyurlah arif bijaksana Masyhudulhak itu.

Hikayat Masyhudulhak

Sumber:

Bunga Rampai dari Hikayat Lama

125

Perkembangan Pendidikan

Kerjakan di buku tugasmu!

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Apa tema dan amanat cerita dalam karya sastra Melayu klasik di atas?

2. Siapa saja tokoh-tokoh dan perwatakannya?

3. Di mana latar atau

setting

ceritanya?

4. Bagaimana jalan ceritanya? Uraikan bagian-bagiannya!

a. Bagian awal cerita

b . Bagian inti cerita

c. Bagian akhir cerita

5. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut?

Coba kamu ceritakan hikayat di atas secara lisan di depan teman-

temanmu. Gunakan bahasamu sendiri. Teman-teman yang lain memberi

penilaian sebagai berikut.

Beri nilai:

A

: Jika sempurna

B

: Jika baik

C

: Jika cukup

D

: Jika kurang

E

: Jika gagal

Bentuklah kelompok yang terdiri atas lima orang anggota.

1. Berkunjunglah ke perpustakaan sekolahmu.

2. Carilah buku mengenai karya sastra Melayu klasik.

Nama

Kawan

Sikap

Bahasa

Isi

Urutan

Cerita

Keterangan

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

4

5

Kerjakan di buku tugasmu!

3